inilah aku

inilah aku
garut

Minggu, 23 Desember 2012

sepenggal pengalamanku

Menjadi seorang guru itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bagiku, profesi guru itu bukan hanya sekadar memberikan ilmu dengan hanya mencatat lalu masuk kantor. Selama ini, aku selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi murid-muridku. Aku ingin dikenang sebagai guru yang TEGAS bukan GALAK. TEGAS menurutku ketika mereka salah, kita tegur tanpa menggunakan kekerasan. Menegur anak itu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Banyak guru yang menghukum muridnya dengan pukulan, tamparan, dll. Padahal alangkah enaknya jika kita menghukum dengan cara yang lebih bijaksana. Misalnya, di awal pertemuan, kita memberitahukan dulu peraturan yang akan mereka jalankan selama KBM. Jika mereka ada yang melanggar misalnya ketika kita menjelaskna ada yang ngelamun, kita tidak perlu mendekati murid itu cukup menyindir saja. Saya rasa, sindiran menggunakan ironi itu sangat efektif ketimbang dengan  kekerasan.

Impian dalam hidup aku salah satunya adalah ingin menjadi guru yang selalu diingat oleh murid-murid sampai akhir hayat. Oleh karena itu, aku mencoba tuk menjadi guru plus kawan bagi mereka. Saya selalu mencoba tuk dekat dengan mereka. Aku percaya dengan ungkapan bahwa TAK KENAL MAKA TAK SAYANG.

Di awal perjalananku menjadi seorang guru memang sangat menyakitkan. Baru satu Minggu mengajar, ada banyak masalah yang ku hadapi. Masalah yang paling membuatku sedih plus sakit hati yaitu ketika ada dua murid mengkritik aku dengan bahasa sarkasme..menyakitkan sungguh sangat menyakitkan. Saat membaca kritikan tersebut, aku hanya bisa menangis dan aku berpikir tuk mundur menjadi guru dan mengubur dalam-dalam impianku menjadi guru teladan plus terfavorite. 
  
Saat itu selama beberapa hari, aku masih terus menangis. Dalam setiap doaku, aku memohon agar Allah memberikan aku solusi untuk menghadapi semua itu. Alhamdulillah, beberapa hari kemudian, sakit hatiku hilang dan keterpurukanku berubah menjadi motivasi. Saat itu aku berpikir, aku harus terus berjalan menuju puncak impianku. Apapun rintangannya, harus ku lewati. Akhirnya, sejak menerima kritikan, aku mencoba introspeksi diri, aku mencoba merubah segala hal yang tidak baik dan mengambil masukan positif dari murid-muridku ya walaupun disampaikan dengan kasar tapi aku mencoba menerima dengan ikhlas. aku yakin, dengan kritikan itu, aku akan bisa menjadi lebih baik lagi.

Satu hal lagi yang membuatku menangis. Aku ingat sekali, aku mengajar di tempat tersebut bukan karena aku melamar tetapi karena memang pihak sekolah yang memanggil. Awalnya aku tidak mau tapi karena ibu dan kakakku menyuruh tuk menerima dengan alasan tidak enak, akhirnya aku menerimanya.
satu semester mengajar di sana, alhamdulillah, semua murid menyukaiku karena kata mereka cara mengajarku menyenangkan, tidak membuat ngantuk. 

Memasuki SMT 2, kejadian menyakitkan itu terjadi. Tepatnya hari Senin. Pukul 06.00 aku berangkat ke sekolah pertama (kebetulan Senin aku mengajar di 3 tempat) sampai pukul 12.30. Aku lalu menuju ke sekolah kedua sampai pukul 15.30. Setelah itu, aku lanjut ke sekolah ketiga. Di tengah hujan rintik-rintik aku menaiki ojek menuju sekolah ketiga. Sesampainya di sana, bel masuk belum berbunyi. Aku lalu duduk di tempat biasa. Aku melihat para guru sedang berkumpul di sudut ruangan. Ketika melihat aku, mereka seperti kebingungan. Suasana yang ku rasakan pun sangat tidak enak. Tak ada satupun yang menegur diriku. Ketika kebingungan sedang melanda, bel masuk pun berbunyi.

Aku lalu menuju kelas 7.3. Ketika aku masuk, ku lihat wajah mereka tidak seceria biasanya. Ada yang meletakkan kepalanya di atas meja, ada yang melamun, pokoknya aneh dan yang lebih mengherankan, mereka tidak menyadari kehadiranku. Padahal kemarin-kemarin, mereka selalu menyambutku dengan semangat yang luar biasa.

kesunyian itu mendadak berubah menjadi keceriaan kembali ketika mereka mendengar salamku. Begitu melihatku, ada yang menjerit kesenengan, ada yang menangis, aneh banget deh. Saat aku baru duduk  ketua kelas mendekatiku dan mengucapkan terima kasih karena aku kembali datang dn mengajar mereka. Aku tidak menjawab dengan kata-kata, aku hanya tersenyum dan dalam hati berkata 'sungguh aneh hari ini."

Saat ku sedang menjelaskan, tiba-tiba ku lihat ada seorang wanita mau masuk ke kelasku tapi tidak jadi. Ku lihat, ia berbicara dengan dua guru piket. Biasanya guru piket akan membawakan air ke setiap kelas untuk pengajar tapi hari itu, ku tidak dapat air.Ku lihat mereka masuk ke kelas yang lain sambil memberikan air dan sebuah surat. Duh, aku jadi tambah pusing. Ada apa ini/

Pukul 17.00, bel keluar berbunyi. Ketika aku ingin menutup pelajaran, satu anak berpesan kepadaku agar aku tetap mengajar di kelasnya. Aku tersenyum dan mengangguk. Setelah itu, aku keluar kelas. Di luar kelas, ku melihat Hindun. Aku heran melihat dia mengajar karena yang aku tahu, dia tidak mengajar di tempatku itu. Hindun pun heran melihat aku. Dia lalu mendekatiku dan menanyakan apakah aku sudah menerima surat dari pihak sekolah. Setelah aku bilang belum, dia lalu memberikan suratnya kepadaku. Isi surat tersebut memberitahukan tentang siapa saja yang mengajar dan ternyata namaku tidak tercantum. itu berarti..AKU DIPECAT.. 

Hindun lalu mengajakku pulang bersama dan dia bercerita bahwa dia diminta untuk mengajar di situ. Aku juga menceritakan awal mulanya aku mngajar di situ.  Sepanjang perjalanan, hatiku menjerit..rasanya hati ini begitu sakit..dipecat tanpa pemberitahuan dan yang lebih menyakitkan ternyata wanita yang tadi mau masuk itu adalah guru baru sebagai pengganti diriku.. ASTAGHFIRULLAH..ya Allah kuatkanlah diriku..hanya itu yang mampu kuucapkan. 

Sesampainya di rumah, ku lihat ibuku menangis lalu beliau memberikan surat. Ternyata itu adalah SURAT PEMECATAN. Surat itu sampai sekitar pukul 2 lewat. Andai saja kakakku memberitahukan, tentu aku tidak akan datang dan melihat langsung semua itu. pengalaman yang sangat sangat menyakitkan. 

SURAT PEMECATAN itu tidak diikuti oleh alasan. Ibuku marah karena menurut beliau, aku sudah melakukan kesalahan yang mengakibatkan aku dipecat. Aku hanya diam, diam, dan diam. Saat tangis ibuku belum reda, aku mencoba tuk berbicara kepada  beliau. Aku mengatakan bahwa aku tidak pernah melakukan kesalahan. Aku yakin, ada orang yang tidak suka dengan kehadiranku di sana. Tapi ibuku tetap tidak percaya. Dengan berderai air mata, aku mengatakan bahwa Allah itu Mahaadil, Allah itu Maha tahu. Jika aku salah, tidak ada tawaran untuk mengajar di tempat lain namun jika aku benar, Allah akan memberikan gantinya. 

Setelah mengucapkan kalimat itu aku lalu masuk kamar. Aku pasrah kepada-Nya. satu jam kemudian, telephonku berbunyi dan ternyata...SUBHANALLAH..ALLAHU AKBAR.. telephon tersebut dari sebuah tempat private yang memberitahukan bahwa aku disuruh mengajar di salah satu perumahan mewah. Awalnya aku tidak percaya karena aku belum pernah melamar ke tempat itu tapi ituleh REZEKI.

Aku bahagia sekali karena tawaran itu merupakan bukti bahwa aku tidak salah. Akhirnya, ibuku percaya kepadaku. Esoknya, ada  telepon dari pihak sekolah yang memecatku. Mereka memberikan alasan tentang pemecatanku. Hal yang menyakitkan, beberapa kali mereka menghubungiku hanya untuk memberikan tentang penyebab aku dipecat dan menurutku alasannya itu sangat mengada-ada. Tiga hari berturut-turut menghubungiku dan memberikan alasan yang berbeda-beda. Sekarang mereka bilang, pakaianku tidak sesuai peraturan (padahal aku memakai rok dan sepatu+kaos kaki). Besok mereka bilang bukan karena baju tapi karena cara mengajarku. Besoknya beda lagi. Duh, aku capek mendengarnya. 


Alasan apapun yang mereka berikan bagiku tidak penting yang penting adalah aku harus yakin bahwa jika satu pintu rezeki ditutup, akan terbuka banyak pintu rezeki yang lain. Dan jika kita menerima cobaan dengan ikhlas, insya Allah kebahagiaan akan kita dapat di kemudian hari. Jadi, jalani terus apa yanga ada di depan mata. Gunakan kunci waspada dan tekun untuk membuka pintu kesuksesan. 

begitulah sepenggal pengalamanku yang sangat menyakitkan namun kini hal tersebut menjadi sebuah penyemangat tuk menjadi yang lebih baik.


0 komentar:

Posting Komentar