inilah aku

inilah aku
garut

Kamis, 10 Mei 2012

Masih Kaku (Cerpen)


                Hari ini, aku bangun pukul 05.00. Ini adalah pengalaman pertamaku mengajar. Walau pendidik adalah cita-citaku sejak dulu, tetapi tetap aja aku grogi setengah mati. Aku tidak tahu seperti apa sifat anak-anak yang akan ku temui nanti. Dan yang paling membuatku tegang, aku tidak punya persiapan sama sekali. Kebetulan hari ini, aku mengajar bahasa Indonesia. Mungkin karena gelar aku sastra, maka pihak sekolah meminta aku untuk mengajar bahasa Indonesia. Ya walaupun sastra Arab, nyambung juga si..semua itu aku terima karena dengan bermodalkan kesungguhan, apapun pasti bisa ku atasi.
                Setelah shalat subuh, aku kembali membaca materi yang ku persiapkan untuk pelajaran pertama. Pukul 05.45, aku bersiap-siap berangkat. Pukul 06.00 aku berangkat dengan naik becak sampai prapatan setelah itu naik angkot 20 sampai  Prapatan Elok, dari situ aku naik angkot 76. Ketika menaiki angkot 76, aku melihat banyak pelajar yang memakai bet SMP Pemuda Harapan, sekolah tempatku mengajar.
                Lima belas menit kemudian, akhirnya aku sampai tepat di depan gerbang sekolah SMP Pemuda Harapan. Setelah membayar, aku langsung menuju gerbang. Sebelum memasuki gerbang, ku tatap nama sekolah yang ada di tembok atas pintu masuk. Aku ingat, dulu ketika kuliah aku sering melewati sekolah ini dan dalam hati aku berkata bahwa suatu saat aku akan menjadi bagian dari sekolah ini. Dan ternyata, apa yang ku inginkan terkabul. Aku tersenyum dan dengan mengucapkan bismillah, aku memasuki gerbang sekolah.
                Sesampainya di sekolah, aku langsung menuju lantai dua. Dan di sana, aku menemui bidang kurikulum, Bapak Ratno. Beliau lalu menunjukan tempat dudukku dan mempersilakan aku untuk istirahat sejenak sebelum bel masuk.
                Pukul 07.00 bel berbunyi. Saat mendengar bel, aku agak panik tapi aku juga penasaran seperti apa si karakter murid-murid di sini. Dengan diantar Pak Ratno, aku memasuki kelas pas di sebelah kanan kantor. Jam pertama ini, aku mengajar di kelas 9.3.
                “Assalamu’alaikum...” kataku sambil mencoba tersenyum tapi saat itu aku merasa, perasaan grogi lebih dominan menguasaiku. Untuk menghilangkan  grogi, aku duduk sebentar lalu berdiri dan memperkenalkan diri.
                “Perkenalkan, nama saya Ibu Safna Mutiara Hanin. Panggil saja Bu Safna. Hari ini kita akan belajar bahasa Indonesia. Jadi, mungkin bisa kita mulai sekarang. Tolong kalian buka bab 1!” kataku tanpa senyuman dan sambil memperhatikan wajah anak-anak.
                Aku lalu menjelaskan materi yang sudah aku persiapkan di rumah. Saat itu, aku merasa banyak siswa yang tidak peduli dengan penjelasanku. Bahkan ada yang bercanda hingga membuat aku jengkel. Tapi karena ini awal mengajar, aku tidak berani menegur bahkan memarahi anak-anak.  Aku benar-benar tidak betah di kelas itu. Rasanya waktu yang hanya 1 jam 30 menit itu, terasa setahun. Dah gitu, ketika aku sedang menjelaskan, tiba-tiba ada anak mengacungkan tangan.
                “Ya, ada apa?” tanyaku dan dalam hati aku panik setengah mati.
                “Perkenalkan Bu, nama saya Rani. Saya mau tanya majas ada yang namanya pars pro toto dan totem pro parte. Tolong jelaskan dan contohnya juga dijelaskan Bu kenapa bisa disebut majas tersebut?” kata Rani tanpa senyuman.
                “Aku tersenyum dan aku yakin, senyumku seperti senyum orang bodoh. Karena pertama, dia menyindir aku karena tadi aku lupa menyilakan mereka untuk memperkenalkan diri. Kedua, pertanyaannya itu aku yakin hanya sebagai uji coba apakah aku menguasai atau tidak. Dan ketiga, aku yakin 100% kalau dia tidak suka sama sekali dengan aku.
                “Terima kasih Rani atas pertanyaannya.  Sebelum saya menjawab, saya mau tanya dulu, Kamu pasti pernah menemukan contoh dua majas tersebut. Silakan Kamu berikan contoh dari majas itu dan nanti dari contoh itu saya akan jelaskan kenapa bisa disebut seperti itu. Kamu bisakan? Saya yakin Kamu pasti bisa! Silakan Kamu tulis di papan tulis!” kataku dan aku sengaja mengucapkan itu karena aku yakin, dia sebenarnya sudah mengerti.
                Rani lalu menulis dua contoh sekaligus menyebut nama majasnya.
                “Sudah, Bu.” Kata Rani sambil memandang diriku dan saat itu aku menatap tajam ke matanya. Aku yakin nama majas itu dia balik. Saat itu aku memang benar-benar blank. Aku tidak mengerti tentang dua majas itu. Mendengarnyapun baru kali ini. Dulu waktu sekolah, guruku tidak pernah menjelaskan. Beliau hanya menugaskan menulis, menulis, dan menulis. Sedangkan di perkuliahan, memang ada mata kuliah bahasa Indonesia tapi majas tidak aku pelajari. Ketika aku ingin menjelaskan dalam hati aku berdoa
“Ya Allah, jika nanti jawaban aku salah, tolong Kau hindarkan aku dari kesalahan itu tapi jika jawabanku nanti benar, tolong lancarkan aku untuk menjelaskannya.”
                Ketika spidol yang aku pegang sudah ku buka tutupnya. Tiba-tiba...’teng...teng....teng...’
                Mendengar suara itu anak-anak langsung ribut dan keluar. Dan ada satu anak yang memberitahukan bahwa suara itu menandakan bel ganti pelajaran. Anak-anak yang keluar tadi ternyata ada yang ke kantin dan ada juga yang langsung ke kamar mandi. Aku sebenarnya kesal karena mereka benar-benar tidak memerdulikan aku. Tapi ya sudahlah..ini baru awal masa aku langsung menyerah gitu.
                Setelah mengajar di tiga kelas, tugas pertamaku pada hari ini, akhirnya selesai. Hari ini, aku mengajar sampai pukul 12.00. aku merasa, ini adalah awal yang buruk karena aku belum bisa melebur dengan guru-guru dan murid-murid. Aku merasa sangat asing di tengah-tengah mereka.
                Dari pagi sampai pulang sekolah, aku belum berkenalan dengan satu guru pun.  Aku hanya mengobrol dengan bidang kurikulum dan kepala sekolah. Kalau dengan anak-anak, aku sudah memperkenalkan diri  tapi aku lupa mungkin karena terlalu tegang, aku tidak menyuruh mereka untuk memperkenalkan diri. Duh, aku merasa sangat kaku sekali. Padahal, selama ini teman-temanku banyak dan mereka mengenal aku sebagai pribadi yang supel tapi kalau baru beradaptasi, aku selalu begitu, grogi, gugup, n yang menyebalkan, otakku jadi blank. Otomatis apa yang ada di otak, menjadi sirna. Udah gitu, tadi ada satu anak bertanya dan kebetulan aku tidak tahu. Aku mencoba untuk tenang dan mencari solusinya tapi alhamadulillah ketika ketegangan sudah mencapai stadium 4, bel berbunyi dan itu berarti jawabannya akan ku berikan minggu depan.
                Sesampainya di rumah, aku langsung shalat zuhur, makan, setelah itu tiduran sambil membayangkan kembali pengalaman pertamaku di  sekolah tadi. Ketika sedang asyik-asyiknya melamun, tiba-tiba azan asar  berkumandang. Aku langsung mandi setelah itu shalat.
                Setelah shalat asar, aku membuka buku-buku bahasa Indonesia. Aku mencari pengertian dan contoh dari dua majas yang ditanyakan Rani tadi. Aku lalu menuliskannya di sebuah buku. Setelah mendapatkan pengertian dan beberapa contoh, aku mencoba memahami namun, aku tak bisa. Ketika ingin mencari contoh lain, azan magrib berkumandang.
                Setelah makan dan shalat isya, aku teringat pertanyaan Rani tentang majas pars pro toto dan totem pro parte. Walau capek mendera, aku tidak peduli. Aku lalu terus mencari buku-buku bahasa Indonesia yang aku punya. Di bangku sekolah aku belajar tapi saat itu kebetulan gurunya tidak pernah menjelaskan jadi, sudah pasti aku tidak menguasai. Seandainya dulu aku mempelajari sendiri, tentu sekarang aku tidak akan secapek ini mempelajari majas. Nasi sudah menjadi bubur.
                Semua buku yang ada kaitannya dengan dua majas tersebut sudah aku baca dengan baik tapi tetap saja aku tidak paham. Lalu aku mencari ojek dan pergi ke rumah kakakku. Kebetulan suaiminya guru bahasa Indonesia. Sesampainya di rumah Kak Retno, aku langsung menemui Kak Gio dan menanyakan maksud dua majas tersebut. Awalnya aku berpikir akan mendapat jawaban yang memuaskan tapi ternyata, sunggguh menyebalkan. Kak Gio hanya mengulang ucapanku setelah itu dia bilang memang seperti itu pengertiannya. Dengan perasaan kesal, aku pulang. Sesampainya di rumah, aku kembali mengulang pengertian dua majas tersebut. Dan alhamdulillah, ketika sudah jam 00:30, aku mendapatkan jawaban dan aku juga sudah dapat memberikan contoh lain. Bukan hanya dua majas itu, sepuluh majas yang lain juga sudah ku kuasai. Terima kasih Ya Allah, atas semua kemudahan yang Engkau berikan. Setelah mendapatkan jawaban, aku lalu shalat malam kemudian tidur.
                Esok harinya, aku berangkat dengan keyakinan yang kuat bahwa hari ini akan lebih baik dari hari kemarin.  Dan alhamdulillah, karena pertolongan Allah, semua kekakuan antara aku dengan anak-anak dan antara aku dengan para guru, temen TU mulai mencair. Hari itu, aku mulai merasa nyaman. Dan aku yakin, esok akan lebih baik lagi dari hari ini. 

0 komentar:

Posting Komentar