inilah aku

inilah aku
garut

Minggu, 02 September 2012

SEKELUMIT KISAH MENJELANG HARI RAYA



Puasa tahun 2012 ini menurutku puasa yang tidak khusu’ karena dalam pikiranku terbersit hal-hal buruk yang akan terjadi dalam kehidupanku. Semua pikiran itu muncul karena hampir setiap orang yang menjenguk ibuku mengataan bahwa usia ibuku sudah tak lama lagi.  Awalnya aku tidak memikirkan masalah itu tapi setelah banyak yang berbicara, hatiku mulai diselimuti kekhawatiran walau kadang perasaan itu hilang ketika aku yakin bahwa setiap manusia pasti akan mati. Tapi kadang ketika aku berpikir kan kemana ku pergi jika ibuku telah tiada nanti? Egois ya aku memang egois. Aku terlalu berat melepas kepergian ibu hanya karena masalah duniawi.
Suatu hari ketika aku dan seorang keponakan duduk di hadapan ibuku yang terbujur lemas, tiada daya, tiba-tiba keponakanku berkata kepadaku apakah aku sudah ikhlas melepas ibuku? Bagai disambar petir, aku diam tak bisa bicara. Ku tahan sekuat mungkin air mata yang kan membasahi pipi. Ku kuatkan diriku setelah itu ku tanya kepadanya tentang penyebab kenapa dia mengutarakan itu. Dia bilang, ibuku memang sudah waktunya pergi tapi karena aku belum ikhlas melepas, akhirnya ibuku tak bisa pergi meninggalkanku. Berat memang berat tuk ikhlas, aku tidak memungkiri itu karena hanya ibu yang selalu menemani hari-hariku. Hanya dengan ibu aku dapat berlindung dari ancaman siapapun. Hanya kepada ibu, aku mencurahkan isi hatiku. Ibu adalah segala-galanya bagiku.

Setelah pertanyaan itu muncul, hari-hariku diselimuti kesedihan. Setiap hari ku coba tuk ikhlas, ikhlas, dan ikhlas. Ketika puing-puing keikhlasan itu sudah mulai menyatu, tiba-tiba datang lagi seorang keponakanku yang lain dan dia mengatakan bahwa hidup ibuku tidak sampai lebaran. Mendengar itu, aku langsung emosi. Memangnya dia Tuhan yang bisa tahu kapan waktu meninggalnya seseorang. Aku lalu marah kepadanya dan dia langsung pergi. Semenjak kejadian itu, setiap malam aku tak bisa tidur. Ku pandangi terus wajah ibu. Aku takut, ketika aku terlelap, ibu pergi tanpa pamit kepadaku. Tak lupa di setiap doaku, ku mohon jika memang hidup ibuku tak lama, aku ingin ibu pergi dalam keadaan husnul khotimah dan berada di sisiku.

Hari demi hari terus berjalan dan hatiku pun terus diliputi ketakutan sampai tibalah pada malam takbiran. Aku benar-benar tak bergairah menghadapi lebaran tahun ini. Ketika takbiran bergema, aku bersyukur karena ibuku masih bisa memandang wajahku, masih bisa tersenyum, masih bisa bercanda, dan ku masih diberi kesempatan untuk merawat dan menjaga ibu. Terima kasih ya Allah.

Lebaran telah melewati hari ke empat belas. Alhamdulillah ibuku masih seperti dulu. Tapi entah mengapa, aku merasa ada kesedihan yang kan menghampiri. Aku merasa kan ada yang pergi tapi siapa aku tak tahu. Bisa ibuku, aku, kakakku yang stroke, kakakku yang komplikasi, atau kakakku yang lainnya. Wallahu a’lam.

Seminggu mau lebaran, ada tetangga kanan, kiri, dan depan deket rumah meninggal dunia. Aku jadi teringat waktu aku dulu menjaga bapak di rumah sakit. kamar bapakku dirawat di kelilingi oleh orang-orang yang meninggal. Aku heran aja kok sama ya dengan apa yang sekarang aku alami. Tapi bedanya sekarang aku dan ibu di rumah bukan di rumah sakit. pemikiranku jadi berlanjut, aku ingat setelah banyak yang meninggal di rumah sakit, bapakku diizinkan pulang dan setelah sampai di rumah, tak berapa lama kakak iparku meninggal, setelah itu kakak kandungku juga meninggal. Dan tak berapa lama, bapakku juga meninggal. Itu adalah tahun duka cita bagiku karena dalam waktu satu tahun, aku kehilangan tiga orang yang ku sayang. Apakah hal itu akan terjadi lagi kini? Wallahu a’lam. Aku berharap, apapun yang terjadi, semoga  aku ikhlas dan ku yakin semua itu pasti ada hikmahnya.

0 komentar:

Posting Komentar