inilah aku

inilah aku
garut

Jumat, 07 September 2012

CERPEN SEPATU CINDERELLA DAN BU HANY



                     Ketika aku sedang menunggu ojek, tiba-tiba hpku berbunyi. Ku lihat ada panggilan dari no. Sekolah. Aku angkat dan di sana terdengar suara sahabatku, Ibu Hany,  sepertinya ia sedang kesal. Dan benar saja dugaanku, ternyata hari itu, anak-anak kelas IX membuatnya emosi. Dia memutuskan untuk tidak mengajar bimbel hari ini. Otomatis jadwalku sekarang maju karena beliau benar-benar tidak mau mengajar.
               Sesampainya di sekolah, ku lihat anak-anak sedang foto-foto dan Bu Hany ternyata sudah pulang. Melihat aku datang, anak-anak langsung masuk kelas. Mereka duduk dengan tertib. Aku lalu menanyakan penyebab kemarahan Bu Hany. Ternyata berawal dari hilangnya sebuah sepatu Ani, muridku. Saat itu sepatunya dia lepas dan ternyata ada temannya yang sengaja menyembunyikannya. Bu Hany lalu menyuruh anak yang merasa menyembunyikan untuk mengembalikan sepatu itu. Namun, tak ada seorang pun yang mau mengakui. Akhirnya Bu Hany kesal dan beliau langsung keluar kelas dan mengatakan bahwa beliau tidak mau mengajar anak kelas itu lagi. Saat itu, anak-anak sepertinya malah senang karena sebagian mereka memang tidak suka dengan Bu Hany. Ketika melihat Bu Hany pulang, mereka malah merayakan dengan cara berfoto ria. Sungguh keterlaluan sikap mereka. Walau aku tidak setuju dengan cara mereka, namun, saat itu aku berpikir lebih baik belajar dulu setelah itu, baru membahas masalah mereka dengan Bu Hany tadi. Sebelum belajar, aku mengabsen anak-anak terlebih dahulu. Mereka ku panggil satu per satu untuk tanda tangan di depan mejaku. Suasana sepi tapi tiba-tiba Hamka, Gio, dan Toni melakukan sesuatu yang membuat teman-temannya tertawa termasuk aku. Mereka bergantian memakai bando milik adiknya Bambang. Sambil berjalan gaya perempuan, mereka menghampiri aku secara bergantian. Yang paling lucu ketika melihat Toni, dia cocok sekali menjadi perempuan. Setelah selesai mengabsen, aku berdiri dan seperti biasa memberikan kode agar anak-anak diam dan bersiap-siap memulai pelajaran.
               Hari ini, anak-anak belajar per kelompok. Tugas pertama mereka adalah menjawab soal. Ketika belajar sudah dimulai, Toni, murid terbandel membuat ulah. Dia terus bolak-balik dan bicara yang tidak jelas. Aku sudah tahu, dia tipe anak yang tidak bisa terlalu dikeraskan. Lima belas menit kemudian aku berdiri dan berkata:
               “Anak-anak, jika dalam satu kelompok ada yang tidak bisa diam atau tidak mengerjakan maka akan saya beri sanksi untuk kelompok tersebut. Dan setiap kelompok harus tahu alasan kenapa memilih jawaban tersebut. Jika tidak bisa memberikan alasan, saya anggap kalian mencontek dan itu berarti kalian tidak dapat nilai tetapi kalian akan mendapat sanksi.”
               Mendengar itu, akhirnya teman-teman kelompok Toni langsung menegur Toni dan alhamdulillah, Toni akhirnya mengerjakan sampai selesai. Semua kelompok ku perhatikan mendiskusikan soal dengan serius.
               Setelah semua mengerjakan, mereka lalu mengumpulkannya. Dan seperti biasa, mereka akan maju per kelompok guna mempertanggungjawabkan jawaban yang sudah mereka pilih. Saat itu, aku hanya memerintahkan dua kelompok untuk maju dan yang lain akan maju minggu depan.
               “tugas pertama sudah kalian kerjakan dan sekarang tugas kedua yaitu mencari sepatu cinderella yang hilang.”
               Mendengar itu, anak-anak tertawa. Banyak yang komplen karena Ani dipanggil cinderella tetapi aku hanya tersenyum. Karena aku tidak mengizinkan mereka pulang sebelum sepatu itu ditemukan, mereka akhirnya mencari bersama-sama dan alhamdulillah sepatu itu ditemukan. Dan yang menemukannya adalah Salman. Anak-anak spontan tertawa.
               “kenapa kalian tertawa?” tanyaku heran
               “tadi kan kata ibu, kita disuruh mencari sepatu cinderella. Dan sekarang sepatu itu sudah ditemukan  oleh seorang pangeran, Salman namanya hhaahhaa...” kata Frahma disambut tawa anak-anak yang lain. Aku jadi tertawa karena aku tidak menyangka kan seperti itu dan ku lihat Salman dan Ani cemberut saja. Aku jadi pingin ketawa ketika melihat wajah terjelek mereka saat itu.
               “Bu, kita boleh pulangkan sekarang? Kan sepatunya sudah ditemukan?” tanya Hana
               “Iya tapi kalian harus duduk rapi dan membaca doa dulu ya!”
               Anak-anak spontan merapikan buku dan duduk dengan tertib. Ketika mereka akan memulai doa, tiba-tiba aku menunjuk ke arah paling belakang di barisan kedua. Kontan semua anak menoleh ke belakang.
               “maaf, kalian sepertinya belum boleh pulang karena ternyata ada teman kalian yang belum selesai.” Kataku sambil tersenyum.
               Kelas langsung ramai karena mereka kesal dengan Hendra dan Dodi. Seharusnya mereka berdua mengumpulkan bukan malah memperbaiki tulisan.
               “Jangan begitu dong...mereka berdua kan ingin mendapatkan nilai terbaik. Dan menurut saya, itu bagus. Ketelitian dan kerapihan dalam menjawab soal itu sangat saya harapkan dari kalian semua. Saya harap, kalian juga bisa seperti Hendra dan Dodi.” Mendengar itu, anak-anak terdiam
               Oh, ya...Bu Hany adalah guru kalian. Kalian belajar bukan hanya untuk mendapatkan ilmu saja tapi yang lebih penting adalah keridhaan guru tersebut. Jadi, sekarang Bu Hany sudah terlalu kesal dengan kalian. Menurut saya, alangkah indahnya hidup,  jika kita saling bermaafan dan yang paling baik adalah orang yang meminta ma’af terlebih dahulu. Bagaimana?” tanyaku
               “iya Bu, kita akan minta ma’af.” Kata anak-anak spontan
               “Alhamdulillah. Ya sudah, mari kita tutup KBM hari ini dengan doa semoga apa yang kita dapatkan kan berguna untuk kita dan medapat berkah dan keridhaan dari Allah SWT. Berdoa dimulai!”
               Selesai berdoa, anak-anak satu per satu menyalami aku. Ketika mereka bersiap-siap ingin ke rumah Bu Hany, tiba-tiba motor Farah, tidak bisa dihidupkan. Saat itu, aku hanya diam sambil memerhatikan. Aku ingin tahu seberapa besar kepedulian mereka terhadap orang lain. Dan alhamdulillah, beberapa anak saat itu bergantian memperbaiki motor Farah sedangkan yang lain hanya memberikan ide saja dan setelah sepuluh menit, akhirnya di tangan Giolah motor itu bisa hidup kembali. Anak-anak bersorak setelah itu mereka berpamitan kepadaku.
               “Ibu, mau diantar pulang?” tanya Gio
               “Oh, tidak, terima kasih. Sebentar lagi ojek saya kan datang.” kataku
               “Ibu, itu ojeknya!” teriak Seto dari kejauhan
“Wah, ojek ibu panjang umur ya baru disebut eh, muncul. Ya udah Bu, saya duluan ya. Assalamu’alaikum.” Kata Gio sambil melambaikan tangan
               “Waalaikum salam Wr.Wb. hati-hati ya!”
               “Oke, Bu.” Kata Gio dan Seto bersamaan
               Begitu ojekku sampai di depanku. Aku langsung naik dan rasanya hari ini benar-benar menyenangkan. Benar kata Mario Teguh kalau menjalani hidup itu harus santai tapi dapat menghasilkan sesuatu yang serius.
SELESAI

0 komentar:

Posting Komentar