inilah aku

inilah aku
garut

Jumat, 27 April 2012

PUISI UNTUKMU, IBU

             Hari ini, Jumat, 27 April 2012, aku merasa sakit hati, kesal, benci, semua menjadi satu. Saat itu, aku sedang membicarakan rencanaku untuk pergi jalan-jalan dengan murid-muridku. Aku merasa berat kalau tidak ikut karena pertama, aku wali kelas, otomatis aku punya tanggung jawab dan kedua, teman-temanku begitu mengerti aku. Mereka menentukan hari dan tanggal disesuaikan apakah aku bisa atau tidak. Dan waktu itu aku menyatakan bisa pada tanggal 24-25 Juni 2012 karena saat itu, salah satu keponakanku menyanggupi untuk menjaga ibuku. Namun ternyata, setelah panjer sudah dibayar, keponakanku itu membatalkan. Aku kesal sekali. lalu tadi, aku mencoba untuk meminta tolong tapi belum selesai aku bicara, kakakkku, Hana, bilang “ Bahriah aja suruh nginep di rumah. Saat itu aku sempat melihat mukanya yang tampak jelas sekali kalau dia tidak mau dititipkan ibuku. Astaghfirullah... aku sedih benar-benar sedih. Aku lalu mengelus-elus pipi ibu dan tak terasa air mata membanjiri pipi dan ibukupun ikut menangis.
                Ini adalah kejadian menyakitkan sekaligus menyedihkan untuk kesekian kalinya. Kemarin, ketika UN SMP berlangsung dan kebetulan aku menjadi panitia. Karena aku harus berangkat pagi untuk merapikan ruangan, akhirnya aku memutuskan untuk menitipkan ibuku di rumah kakakku, di sebelah rumahku. Sebelum berangkat, aku memberikan nasi uduk, baju ganti, dan pampers tapi saat itu, aku tidak mau menemui ibu  karena beliau pasti akan menangis. Pukul 13.50, aku sampai di rumah karena ibuku di rumah sebelah, aku lalu membawa lauk ke rumah kakakku itu. Di sana, aku melihat ibuku sedang tidur di lantai, aku sedih sekali dan yang membuat aku makin sedih, ternyata, ibuku tidak dimasakin lauk. Kakakku tidur dan keponakanku terus melihat televisi. Aku lalu menyuruh keponakanku untuk menyuapi ibu karena bajuku sudah tidak nyaman, aku ingin mengganti baju dulu. Mendengar suaraku, ibuku jadi terbangun. Begitu melihat diriku, beliau langsung menangis dan meminta pulang. Akhirnya, aku memutuskan untuk membawanya pulang. Aku, kakakku, dan keponakanku memindahkan ibu ke rumahku. Dan di depan ibuku, kakakku menyuruh aku untuk tidak memindahkan ibu ke rumahnya lagi. dia bilang dia yang akan memandikan ibu pagi harinya. Dia lalu pulang dan ku lihat ibuku menangis lagi. ketika aku tanya tentang penyebab kesedihannya, beliau bilang bahwa beliau merasa dibuang, tidak diperhatikan. Aku lalu menangis, aku tahu ibu merasa seperti itu karena perlakuan kakakku.
                Sejak penitipan itu, ibu tidak mau kutinggalkan lagi. bahkan ke kamar mandipun beliau mau ikut. Lucu  plus sedih. Lucu karena waktu itu aku bilang, “Ibu, aku mau ke situ dulu ya,” beliau langsung menjawab sambil memegang tanganku dan menangis “Ikut.” “Aku tertawa dan aku bilang” Orang mau buang air, emang mau ikut juga kalau ke kamar mandi? Bau tau hehhe...” mendengar jawabanku ibuku pun ikut tertawa. Lalu aku mencium dirinya dan sambil menahan air mata, aku mengatakan bahwa aku tidak akan menitipkan atau meninggalkannya lagi. kami pun lalu berpelukan sambil menangis.
                Aku sadar, ini adalah cobaan yang sangat berat untukku. Semua kakakku menyerahkan ibu kepadaku. Mereka tidak mau mengurus ibuku. Untuk bulanan pun, mereka tidak memberikan bantuan. Padahal mereka tahu, masukan terbesarku adalah di bimbel tapi karena ibuku meminta aku untuk berhenti, akhirnya dengan bismillah, aku memutuskan untuk berhenti. Aku tahu, keuanganku pasti morat-marit jika tidak di bimbel namun aku juga tidak mau egois. Aku tidak mungkin meninggalkan ibuku setiap hari dari pagi sampai malam karena kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk ditinggal. Sebelum keluar dari tempat bimbel, aku sudah mencoba mencari pembantu tapi ternyata pembantuku itu tidak amanah, dia tidak menjaga ibuku dengan baik. lalu aku meminta tolong ojekku untuk menjaga ibu dan ternyata, sama. Semua kakakku pun seperti itu, mereka hanya bisa mengeritik, ngeritik, dan ngeritik. Aku benci bahkan muak dengan ulah mereka. kadang aku berpikir, kenapa si Allah tidak menegur mereka? kenapa si orang-orang seperti mereka yang sudah menelantarkan ibu hidupnya masih terus bergelimangan harta, pekerjaannya makin keren, rezekinya makin lancar? Kadang kalau aku berpikir begitu, hatiku semakin panas tapi kalau sudah panas, aku mencoba untuk berpikir positif agar hatiku tidak makin panas.
                Ku tidak tahu sama sekali seperti apa perasaan semua kakakku yang perempuan. Mereka pernah mengetahui, ibuku menangis karena meminta jus. Ya..walaupun Cuma jus tapi karena uangku hanya cukup untuk membeli pampers, pampers, dan pampers. Maaf, ya, Bu. sejujurnya, aku ingin sekali mengabulkan semua apa yang engkau mau namun saat ini, aku belum bisa. Saat ini aku sedang berusaha keras untuk menjadi orang sukses, doakan aku ya, Bu agar aku mendapat suami yang banyak uang, kaya, baik, penyayang, pelindung kita berdua, dan punya segala-galanya karena kalau itu terwujud, aku akan berhenti mengajar, aku akan memfokuskan diri untuk berbakti kepada suami dan engkau pastinya. Ibu, aku sangat, sangat, sangat sayang padamu. Tetaplah tersenyum karena senyummu dapat menenangkan hatiku dan juga dapat menguatkan aku di saat paling sulit sekalipun.
                Ibu, aku tahu Engkau pasti sedih karena Engkau pasti tidak menyangka akan mengalami hidup seperti ini. Di saat orang sedang menikmati keindahan masa-masa tuanya, di saat itu, Engkau malah merasakan kebalikannya. Engkau jangan sedih karena aku di sini selalu menemanimu, ku takkan meninggalkanmu, kita akan selalu bersama mengukir kisah bahagia. Ibu, terima kasih ya karena Engkau telah memilih aku untuk menjaga hari tuamu. Walau sekarang, kita hidup sederhana, hanya bermodalkan gaji kecil, namun, kita harus yakin bahwa Allah takkan membiarkan kita dalam kemiskinan, kesengsaraan, dan Allah pasti akan mencukupi apa yang kita butuhkan. Ibu. Jadikanlah semua ini sebagai jembatan untuk menuju kepada kebahagiaan. Jangan kita jadikan semua ini sebagai musibah. Marilah kita mencoba tuk ikhlas menghadapi semua ini.
                Ya Allah, hamba tahu Engkau pasti punya maksud yang baik di balik semua ini. Tolong jangan Engkau biarkan hamba menjadi manusia durhaka, bantulah hamba menata emosi hamba, bantulah hamba tuk menggapai apa yang hamba inginkan, dan hamba mohon izinkanah ibu hamba tuk melihat pernikahan hamba dan dapat merasakan kebahagiaaan di masa-masa tuanya tapi jika Engkau mengambil ibu hamba sebelum itu terjadi, hamba ingin ibu hamba pergi dalam keadaan husnul khotimah, mendapat syafaat, dan pergi dengan senyuman dan di pangkuan hamba. Amiin
                Ibu, malam ini aku ingin menulis sebuah puisi untukmu
                Ibu, malam semakin larut namun kita berdua tak jua memejamkan mata
Rasanya malam ini, kita begitu berat tuk memejamkan mata
 engkau mengatakan agar aku tidak memejamkan mata
Aku tertawa saja dan terus saja mengelus-elus wajahmu
Sambil menatap dan memegang tanganku begitu kencang
Engkau mengatakan kalau aku dan engkau tertidur, engkau takut kalau tidur kita akan berkepanjangan
Entah apa maksud engkau namun tiba-tiba kesedihan menyeruak di dalam hati
Aku tak tahu,  sungguh
Saat itu kami terus bercanda dan bercanda
Ibu aku bahagia sekali melihat keceriaanmu
Engkau adalah penguat dalam hidupku
Aku tak tahu apa yang akan terjadi
Di masa-masa sulit ini kau tak mendampingiku
Terima kasih ibu karena kau begitu sayang padaku
Maafkan aku , Bu atas semua kata dan  perbuatan yang melukai hatimu
Sekali, dua kali, bahkan berulang-ulang
Dan pintu maafmu pun berulang-ulang engkau berikan
Ibu, terima kasih tuk semua itu
Sebagai wujud cintaku padamu
Ku kan berusaha keras tuk membahagiakanmu
Ibu, semoga kau bahagia hidup bersamaku
Ibu, aku sangat sayang padamu  
 (satu kisah dari kehidupan sahabatku tercinta. semoga ini bisa mewakili perasaanmu)

0 komentar:

Posting Komentar